Rabu, 19 Oktober 2016

PENDIRI TEATER RUANG


“SEMOGA TUHAN MEMBERIMU RUANG YANG INDAH, TAK MINIMALIS”


Solo- Teater Ruang Solo yang sudah berusia 22 tahun sedang berduka, karena pendirinya Joko Bibit Santoso ( Joko Santosa) (50) wafat pada Jumat 14/10/16. Jenazah akan dimakamkan di TPU Daksinoloyo, Danyung. Sabtu 15 Oktober 2016 pukul 13.00 WIB.
Teater Ruang solo berdiri di bantaran sungai Dawung Wetan, meski begitu Sanggar ini mampu memproduksi banyak karya, diantaranya Megalitikum, Tetumbuhan Tumbuh di Otakku Karya Joko Bibit Santoso.

Selain mempunyai sanggar di Solo Teater Ruang juga mempunyai sanggar dipegunungan Wonogiri. Di sanggar ini para pelaku Teater berproses memahami alam dengan langsung mempraktikkanya bukan dengan materi yang muluk-muluk.

Kehebatan Teater Ruang

Di Solo banyak sekali Sanggar-sanggar dan pelaku seninya, akan tetapi yang mampu bertahan dan berdikari dikaki sendiri tak banyak. Teater ruang yang di kelola (Alm) Joko Bibit Santoso  ini berproses berdasar kprihatinan, dari keprihatinan inilah yang mampu membentuk Ruang menjadi besar. Diantaranya Teater Ruang mampu mempunyai sanggar dengan tanah yang luwas hasil dari pementasaannya buka dari bantuan pemerintah atau pengusaha di Negeri ini.

Teater ini sering pentas keluar negeri dan dalam negeri dengan naskah karya Joko Bibit Santoso dan sering berbicara tentang fenomena alam. Dalam pementasaanyapun lebih memilih tempat minimalis, dimana tempat bisa pentas.

"Ruang dalam pentasnya tak butuh tempat dan gedung yang mewah, kami tak mau terjebak pada konsep-konsep kapitalis" ujar Alm saat ditemui perwakilan gerakan Bocah Angon yang juga alumni daei SMA PGRI 2 KAYEN Angga Saputro  dari Pati yang saat ini Sedang belajar di Ruang.

Selain pentas keluar Negeri Ruang juga mengantarkan anak didiknya menjadi aktor pemain Film  " Kisah Dari Solo" yang berkisah tentang perjalanan Joko Widodo Presiden RI.

Dalam film ini Dhani anak didik teater Ruang berperan sebagai Jokowi Kecil yang berusia 4 Tahun.

Berjuang dengan Masyarakat
Konflik yang dialami masyarakat sanagatlah banyak, termasuk konflik tambang di Pegunungan Kendeng Utara. Adanya konflik ini mengundang Ruang tak tinggal diam. Mereka sering datang dan mementaskan karya mereka, baik diwilayah Pati maupun tenda perjuangan Rembang. Termasuk ide upacara rakyat yang dilakukan setiap tgl 17 Agustus oleh masyarakat Tolak Pabrik Semen adalah ide Alm dan Alm Slamet Gundoo.

" Ruang datang ke Pati dan Rembang menemui ibu pejuang Gunung Kendeng diajak oleh Alm Slamet Gundono (dalang wayang suket)" ujar Alm pada Angga.

Dalam pentas mereka mengusung tema konflik lingkungan dan tak lupa memberi solusi dalam setiap akhir pementasannya. Ruang berpandangan bahwa kesenian itu membawa konflik masyarakat dalam pementasan lalu memberi solusinya, ujar alm kala itu.

Selamat Jalan Mas Bibit,  Ada Ruang baru dijalanmu Semoga Tuhan memberimu tempat yang lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar